Sabtu, 01 Februari 2014

Merah Marun #part-2



...
Aku menelusuri jalanan dengan penuh keceriaan, entah akan terjadi hal unik apa kali ini, karena biasanya maen ma Gumi itu slalu saja terkesan unik meski sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi semua itu geje.

Sampailah aku di tempat yang kami janjikan, gor badminton, tapi dia tak ada.. kemana yah..? biasanya dia datang lebih awal kalau janjian mu ketemuan, tapi sekarang ga ada.. apa mungkin dia ngerjain aku..? wah wah… ngga ngga.. ngga mungkin. Se jail-jailnya dia, gakan mungkin tega jailin aku kaya gini. Aha.. tiba-tiba jari-jemariku lihai menari-nari di tuts hape, ku kirimlah sms untuk memastikan keberadaannya, sejurus kemudian ia membalas.

Dari jauh kulihat sosok itu, tubuh proposional itu terlihat begitu gagah. Ia mengenakan pakaian yang senada dengan yang kupakai, entah hal apa yang membuat kami sekompak itu hari ini. Ia memakai baju berwarna merah yang dipadu dengan jaket batik ungunya, lalu celana jeans dan sandal warna hitam. Mirip denganku! Baju sama-sama bernuansa merah, celana sama-sama jeans dan alas kaki sama-sama warna hitam, seperti janjian saja. Sekedar ngasih tau… selama aku maen ma dia, jarang banget dia pake celana jeans panjang kaya sekarang, terlihat beda. Lebih rapi dan kharismatik.

Dan kalian tau apa hal pertama yang ia tanyakan padaku?. Bukan bukan.. bukan menanyakan kabar. Bukan juga menyampaikan salam selamat pagi ataupun berbasa-basi bilang kangen. Bukan! Kata-katanya jauh di luar dugaan. Setelah melempar senyum manisnya dari kejauhan dan melambaikan tangan penuh semangat, dia menghampiriku dan bertanya “ghis… kenapa sih setiap kita maen, baju kamu selalu bagus?”

Apa..?! sungguh to the point. Pertanyaan tak terduga muncul begitu saja dari mulutnya tanpa basa basi –yah… dia memang tak pernah basa basi, selalu spontan mengatakan apa yang memang ingin ia katakan. Spontan juga kukatakan “hah..? iya yah..? masa sih? Emang baju aku selalu bagus yah..? hehe”. “iya”, sahutnya singkat. “ah masa sih?”, tanyaku memastikan. “iya tau! Kaya mu maen kemana aja! Kita kan cuma jalan-jalan geje doank”

Aku diam sejenak. Emang iya yah..? hmm… ku putar kembali memori otakku, mengenang saat-saat bermain dengannya beberapa hari lalu, hmm.. kalo dipikir-pikir baju yang aku pake emang selalu bagus sih… tapi… ya… emang cuma itu yang aku bawa ke rumah, mu gimana lagi coba?.

“ah masa sih..? engga ah!”, sanggahku. “oh ngga yah..? ya udah”, jawabnya pasrah. Lha..? ni anak kenapa coba? Ga jelas!. “baju aku emang cuma sedikit yang dibawa ke rumah, Gum! Lagian ini baju kemaren, hehe. Trus celana ini juga yang slalu aku pake tiap maen ma kamu”, kataku menjelaskan, agar ia tak salah sangka dengan baju-baju cantikku yang slalu ku kenakan.

“aku juga pake celana ini terus ko”, katanya mengalihkan. Seketika itu, aku langsung menyanggahnya “ah ngga ah! kemaren ga pake yang ini”, kataku santai. “o iya yah..? hehe”, jawabnya simple. Beuh… ni anak kenapa siih..?.

Kamipun menelusuri kembali jalanan menuju tempat yang sebenernya aku ga tau mu kemana. Dan saat itu kita cuma berduaan doank maennya, biasanya bertiga ma Derby. Tapi karena Derby masih UAS jadi kita berdua ajah. Sepanjang perjalanan kami bercerita banyak hal, yaahh… seperti biasa kalau sesi ngobrol-ngobrol kaya gini, biasanya dia lebih cerewet dari aku, dia yang paling banyak cerita tentang apapun yang ingin dia ceritakan, dan aku selalu saja hanya menjadi pendengar setianya.

Ketika dia kehabisan cerita, baru nanya-nanya dan nyuruh aku yang cerita. Banyak sebenarnya yang pengen aku certain, tapi entah kenapa selalu speechless kalo disuruh cerita ma dia.. haha… takut terkalahkan cerewetnya kali yah… atau karena terlalu banyaknya yang ingin diceritain, jadi bingung mu mulai darimana, hmm.. atau mungkin grogi kali yah…? Hahaha… ga tau deh… pokoknya aku cuma ngomong kalau dia melayangkan pertanyaan doank, dan biasanya jawaban aku juga simple ga bertele-tele. Entahlah… sepertinya jadi pertanyaan “yang mana yang cewe, yang mana yang cowo sih?”.. hehe

Setelah melewati setengah perjalanan, aku akhirnya sadar sebenernya kita mu ke mana. PolBan (Politeknik Bandung), salah satu kampus yang berada tak jauh dari rumah kami, itulah ternyata tujuan akhir perjalanan kami.

Sepanjang perjalanan, aku merasakan sikap yang berbeda darinya, entah mengapa ia begitu perhatian kali ini. Seolah aku anak kecil yang baru belajar berjalan, dan ia menjadi seorang ayah yang selalu memperhatikan gerak-gerik peningkatan sang anak dan berusaha semaksimal mungkin menolong sang anak ketika hampir terjatuh. Ah entahlah… kurasa sikapnya terlalu berlebihan. Ia terlalu menunjukan perhatian, berbeda dengan biasanya yang selalu cuek –meski aku tau ia memperhatikan dibalik kecuekannya itu.

Kami melewati jalan raya, ia selalu menyamakan langkahnya denganku, berjalan di samping kananku agar tak ada satupun kendaraan yang bisa menyerempetku. (padahal dulu, ia selalu berjalan di depanku, tak peduli keberadaanku yang kesepian berada dibelakangnya). Saat mendaki bukit kecil menuju kampus itu, ia berhenti sejenak, memperhatikanku, menungguku sampai di puncak bukit, dan memastikan keselamatanku. (dulu ga kaya gitu! Sepanjang jalan, dia ga pernah nengok sedikitpun ke belakang).

Trus waktu meloncati bebatuan, menyebrang jalan, berjalan di pinggir jalan raya, ia selalu memperhatikanku. Sebenarnya ada apa dengannya hari ini? Dia terlalu lebay… apa aku selemah itu?. Dulu ku akui selalu ingin diperhatikan seperti itu, sehingga selalu berusaha mengundang perhatiannya dengan menarik-narik tasnya, memanggilnya, mencoba mengimbangi langkah panjangnya, aku juga suka memintanya membantuku menyebrang, karena dulu aku begitu takut menyebrang.

Waah.. apa aku begitu lemah dimatanya? Dulu.. mungkin aku memang lemah, tapi sekarang ngga Gum!! Aku anak teknik lho! Aku kuat! Aku berani! Aku udah ga selemah dulu waktu SMA –yang sama ulet aja takut. Aku udah berubah Gumi bebi…
-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar