Sabtu, 01 Februari 2014

Merah Marun #part-1



Pagi itu.. aku bangun lebih pagi dari biasanya, entah apa yang membuatku akhirnya bisa bangun sepagi itu di hari libur –yang selalu seharian kuhabiskan di rumah. Hanya bermain dengan keponakan-keponakan kecilku yang menggemaskan, tidur, nonton tv, yaah.. liburan seolah menjadi ladang bermalas-malas diri, seolah menjadi jam istirahat yang terakumulasi dari hari-hari kerja yang slalu melelahkan.

Bangun tidur, aku tergerak untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri (read : mandi). Mandi pagi..? haha.. entah angin apa yang menggerakanku untuk melakukannya, padahal biasanya di hari libur seperti ini aku paling malas untuk mandi. Hanya mandi ketika akan pergi-pergian saja, sedangkan hari itu aku tak berniat pergi kemanapun tapi seolah ada hal lain yang tiba-tiba menggerakan gayung berisi air untuk melumuri diri ini begitu saja.         

Selesai mandi, aku berniat untuk bersantai dengan masker bengkoang. Kusiapkan mentimun untuk menutupi mata –besar coklat indah– ku, mentimun yang begitu segar, lalu kusiapkan pula sleeping bag, tape-recorder juga kaset lagu-lagu klasik yang akan mengiringi ritual maskeranku pagi itu. Setelah siap semua peralatan, akupun keluar menuju balkon –kebetulan kamarku (yang kini jadi milik keponakanku) ada dilantai dua– dan menggelar bed cover tersebut tepat di posisi yang begitu nyaman, terkena sinar mentari pagi yang menyehatkan, mengubah pro-vitamin D menjadi vitamin D.. itu yang slalu ku ingat tentang mentari pagi J

Dengan seketika, berpindahlah semua peralatan ritual maskeranku dari kamar ke balkon. Bersiap untuk berbaring, hmm… pelan-pelan ku rebahkan diri ini di atas bed cover yang begitu lembut dan wangi –kebetulan baru di laundry kemaren.. hehe– “oow.. ada yang lupa!”, akupun kembali ke kamar. Kalian tau apa yang kulupakan..? aku lupa mengganti air di vas bunga –sedap malam–ku. Akupun mengganti air di vas, lalu kucium bunga kesayanganku itu, hmm… wangi… tak lama kemudian tiba-tiba kudengar hapeku berbunyi.. waah… ada sms!
Perlahan kulihat layar hapeku dan seketika itu pula aku tersenyum girang melihat nama yang tertera di layar, ‘gumi bebi’. Waah… akhirnya anak itu sms juga! Heu… bahagianya.. tanpa ragu, akupun langsung membaca pesan singkatnya itu, sangat singkat –seperti biasa.

‘ghis dimana? jalan2 yu’
(tanpa berpikir panjang cepat-cepat ku gerakan jemari ini untuk membalas pesannya)
“Hayu hayu! Lg d rumah.. mu kMna emg?”
Beberapa detik kemudian hapeku bunyi lagi
‘jalan2 aja, k 15,poltekpos mungkin polban gimana?’

Hahaha… entah mengapa saat baca smsnya itu aku tertawa.. terbayang wajahnya yang lucu mengekspresikan ajakannya itu. Dia sungguh satu-satunya orang yang mudah mengubah perasaan galauku jadi ceria. Namanya Gumi Fadhil Putera, teman SMA ku yang dijuluki si anak autis.

Gumi orang yang sangat berarti buatku, dia yang mengajarkanku arti persahabatan, membawaku ke dunia out of the box, memperkenalkanku dengan dunia petualangan, sangat mewarnai kanvas-kanvas kehidupanku! Bahkan kadang membuatku tak mengerti dengan perasaanku sendiri. Ia banyak memberikan pengalaman dan ilmu baru buatku, sang motivator juga buatku, sosok yang luar biasa buatku meskipun aneh dan selalu terlihat cuek. Selintas terlihat jelas raut wajahnya yang konyol itu di pikiranku.

Lalu kubalas lagi pesannya.
“haha. .hayu hayu. .skrg jg nh?”

Beberapa detik kemudian belum ada balasan darinya, cukup lama aku menunggu. Dengan penuh rasa girang, aku membereskan segala peralatan yang sudah kusiapkan untuk ritual maskeran itu. Memutuskan untuk memilih bermain bersamanya daripada mengurus kulit mukaku yang sudah tak seputih dulu itu.

Sejak aku main sama gumi bebi –itu panggilanku untuknya– aku tak pernah lagi memperhatikan penampilan, tak peduli sehitam apa wajah ini, sejelek apa penampilanku ketika bermain dengannya, aku benar-benar tak peduli sekalipun harus memakai piyama untuk bermain dengannya.

Selang beberapa detik kemudian, hapeku pun berbunyi lagi, waah.. pasti balesan dari gumi bebi deh.. dan ternyata memang benar
‘ayo deh, ktmu d gor ya, jgn ad apa2 lg ya, lsung brangkat oke, ak tinggal pake clana da hehe’
“Iya sitU tingGal pke clana. .Gw blum pake bju,clana n krudung mas. .oke oke. .10 menit lagi la yah. .”
Lama tak ada balasan darinya, hupt… sudah kuduga sebelumnya pasti ga akan di balas. Dia kan cuek. Haha.. akhirnya akupun bersiap-siap untuk pergi.

Ku ambil baju merah marun dan kerudung senada yang belum ku cuci, baju bekas kemarin.. hehe (maklum ga ada baju lagi, soalnya baju-baju yang kubawa ke rumah untuk liburan hanya sedikit, sisanya ada di kost-an). Lalu ku ambil pula celana jeans yang biasa kupakai ketika main dengannya, ini juga belum dicuci.. haha, maklum… satu-satunya celana yang aku bawa ke rumah.

Setelah sempurna mengenakan baju merah marun, celana jeans dan kerudung yang senada dengan bajunya itu, akupun beranjak keluar kamar dan menyambar tas coklat kecil yang kutaruh di atas lemari baju ponakanku. Akupun mematut-matutkan diri di cermin… hmm cantik! Baju merah marun ini emang cocok dikenakan olehku.. haha narsis!.

Usai bercermin, buru-buru aku menuruni tangga dan mencari sepatu hitamku yang baru saja kucuci, lalu akupun pamit ke bunda dan langsung pergi tanpa mengiyakan pesan bunda yang selalu saja bilang “jangan malem-malem yah pulangnya”. Bosan mendengar kalimat itu setiap aku pergi.

-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar