...
Aku menelusuri jalanan dengan penuh keceriaan, entah akan terjadi
hal unik apa kali ini, karena biasanya maen ma Gumi itu slalu saja terkesan
unik meski sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi semua itu geje.
Sampailah aku di tempat yang kami janjikan, gor badminton, tapi dia
tak ada.. kemana yah..? biasanya dia datang lebih awal kalau janjian mu
ketemuan, tapi sekarang ga ada.. apa mungkin dia ngerjain aku..? wah wah… ngga
ngga.. ngga mungkin. Se jail-jailnya dia, gakan mungkin tega jailin aku kaya
gini. Aha.. tiba-tiba jari-jemariku lihai menari-nari di tuts hape, ku kirimlah
sms untuk memastikan keberadaannya, sejurus kemudian ia membalas.
Dari jauh kulihat sosok itu, tubuh proposional itu terlihat begitu
gagah. Ia mengenakan pakaian yang senada dengan yang kupakai, entah hal apa
yang membuat kami sekompak itu hari ini. Ia memakai baju berwarna merah yang
dipadu dengan jaket batik ungunya, lalu celana jeans dan sandal warna hitam.
Mirip denganku! Baju sama-sama bernuansa merah, celana sama-sama jeans dan alas
kaki sama-sama warna hitam, seperti janjian saja. Sekedar ngasih tau… selama
aku maen ma dia, jarang banget dia pake celana jeans panjang kaya sekarang,
terlihat beda. Lebih rapi dan kharismatik.
Dan kalian tau apa hal pertama yang ia tanyakan padaku?. Bukan bukan..
bukan menanyakan kabar. Bukan juga menyampaikan salam selamat pagi ataupun
berbasa-basi bilang kangen. Bukan! Kata-katanya jauh di luar dugaan. Setelah
melempar senyum manisnya dari kejauhan dan melambaikan tangan penuh semangat,
dia menghampiriku dan bertanya “ghis… kenapa sih setiap kita maen, baju kamu
selalu bagus?”
Apa..?! sungguh to the point.
Pertanyaan tak terduga muncul begitu saja dari mulutnya tanpa basa basi –yah…
dia memang tak pernah basa basi, selalu spontan mengatakan apa yang memang ingin
ia katakan. Spontan juga kukatakan “hah..? iya yah..? masa sih? Emang baju aku
selalu bagus yah..? hehe”. “iya”, sahutnya singkat. “ah masa sih?”, tanyaku
memastikan. “iya tau! Kaya mu maen kemana aja! Kita kan cuma jalan-jalan geje doank”
Aku diam sejenak. Emang iya yah..? hmm… ku putar kembali memori
otakku, mengenang saat-saat bermain dengannya beberapa hari lalu, hmm.. kalo
dipikir-pikir baju yang aku pake emang selalu bagus sih… tapi… ya… emang cuma
itu yang aku bawa ke rumah, mu gimana lagi coba?.
“ah masa sih..? engga ah!”, sanggahku. “oh ngga yah..? ya udah”,
jawabnya pasrah. Lha..? ni anak kenapa coba? Ga jelas!. “baju aku emang cuma sedikit
yang dibawa ke rumah, Gum! Lagian ini baju kemaren, hehe. Trus celana ini juga
yang slalu aku pake tiap maen ma kamu”, kataku menjelaskan, agar ia tak salah
sangka dengan baju-baju cantikku yang slalu ku kenakan.
“aku juga pake celana ini terus ko”, katanya mengalihkan. Seketika
itu, aku langsung menyanggahnya “ah ngga ah! kemaren ga pake yang ini”, kataku
santai. “o iya yah..? hehe”, jawabnya simple. Beuh… ni anak kenapa siih..?.
Kamipun menelusuri kembali jalanan menuju tempat yang sebenernya aku
ga tau mu kemana. Dan saat itu kita cuma berduaan doank maennya, biasanya
bertiga ma Derby.
Tapi karena Derby
masih UAS jadi kita berdua ajah. Sepanjang perjalanan kami bercerita banyak
hal, yaahh… seperti biasa kalau sesi ngobrol-ngobrol kaya gini, biasanya dia
lebih cerewet dari aku, dia yang paling banyak cerita tentang apapun yang ingin
dia ceritakan, dan aku selalu saja hanya menjadi pendengar setianya.
Ketika dia kehabisan cerita, baru nanya-nanya dan nyuruh aku yang
cerita. Banyak sebenarnya yang pengen aku certain, tapi entah kenapa selalu speechless kalo disuruh cerita ma dia..
haha… takut terkalahkan cerewetnya kali yah… atau karena terlalu banyaknya yang
ingin diceritain, jadi bingung mu mulai darimana, hmm.. atau mungkin grogi kali
yah…? Hahaha… ga tau deh… pokoknya aku cuma ngomong kalau dia melayangkan
pertanyaan doank, dan biasanya jawaban aku juga simple ga bertele-tele. Entahlah… sepertinya jadi pertanyaan “yang
mana yang cewe, yang mana yang cowo sih?”.. hehe
Setelah melewati setengah perjalanan, aku akhirnya sadar sebenernya
kita mu ke mana. PolBan (Politeknik Bandung), salah satu kampus yang berada tak
jauh dari rumah kami, itulah ternyata tujuan akhir perjalanan kami.
Sepanjang perjalanan, aku merasakan sikap yang berbeda darinya,
entah mengapa ia begitu perhatian kali ini. Seolah aku anak kecil yang baru
belajar berjalan, dan ia menjadi seorang ayah yang selalu memperhatikan
gerak-gerik peningkatan sang anak dan berusaha semaksimal mungkin menolong sang
anak ketika hampir terjatuh. Ah entahlah… kurasa sikapnya terlalu berlebihan.
Ia terlalu menunjukan perhatian, berbeda dengan biasanya yang selalu cuek
–meski aku tau ia memperhatikan dibalik kecuekannya itu.
Kami melewati jalan raya, ia selalu menyamakan langkahnya denganku,
berjalan di samping kananku agar tak ada satupun kendaraan yang bisa menyerempetku.
(padahal dulu, ia selalu berjalan di depanku, tak peduli keberadaanku yang
kesepian berada dibelakangnya). Saat mendaki bukit kecil menuju kampus itu, ia
berhenti sejenak, memperhatikanku, menungguku sampai di puncak bukit, dan
memastikan keselamatanku. (dulu ga kaya gitu! Sepanjang jalan, dia ga pernah
nengok sedikitpun ke belakang).
Trus waktu meloncati bebatuan, menyebrang jalan, berjalan di pinggir
jalan raya, ia selalu memperhatikanku. Sebenarnya ada apa dengannya hari ini? Dia
terlalu lebay… apa aku selemah itu?. Dulu ku akui selalu ingin diperhatikan
seperti itu, sehingga selalu berusaha mengundang perhatiannya dengan
menarik-narik tasnya, memanggilnya, mencoba mengimbangi langkah panjangnya, aku
juga suka memintanya membantuku menyebrang, karena dulu aku begitu takut
menyebrang.
Waah.. apa aku begitu lemah dimatanya? Dulu.. mungkin aku memang
lemah, tapi sekarang ngga Gum!! Aku anak teknik lho! Aku kuat! Aku berani! Aku
udah ga selemah dulu waktu SMA –yang sama ulet aja takut. Aku udah berubah Gumi
bebi…
-to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar