Pagi itu.. aku bangun lebih pagi dari biasanya, entah apa yang
membuatku akhirnya bisa bangun sepagi itu di hari libur –yang selalu seharian
kuhabiskan di rumah. Hanya bermain dengan keponakan-keponakan kecilku yang
menggemaskan, tidur, nonton tv, yaah.. liburan seolah menjadi ladang
bermalas-malas diri, seolah menjadi jam istirahat yang terakumulasi dari
hari-hari kerja yang slalu melelahkan.
Bangun tidur, aku tergerak untuk pergi ke kamar mandi dan
membersihkan diri (read : mandi). Mandi pagi..? haha.. entah angin apa yang
menggerakanku untuk melakukannya, padahal biasanya di hari libur seperti ini
aku paling malas untuk mandi. Hanya mandi ketika akan pergi-pergian saja,
sedangkan hari itu aku tak berniat pergi kemanapun tapi seolah ada hal lain
yang tiba-tiba menggerakan gayung berisi air untuk melumuri diri ini begitu
saja.
Selesai mandi, aku berniat untuk bersantai dengan masker bengkoang.
Kusiapkan mentimun untuk menutupi mata –besar coklat indah– ku, mentimun yang begitu
segar, lalu kusiapkan pula sleeping bag, tape-recorder juga kaset lagu-lagu
klasik yang akan mengiringi ritual maskeranku pagi itu. Setelah siap semua
peralatan, akupun keluar menuju balkon –kebetulan kamarku (yang kini jadi milik
keponakanku) ada dilantai dua– dan menggelar bed cover tersebut tepat di posisi yang begitu nyaman, terkena
sinar mentari pagi yang menyehatkan, mengubah pro-vitamin D menjadi vitamin D..
itu yang slalu ku ingat tentang mentari pagi J
Dengan seketika, berpindahlah semua peralatan ritual maskeranku dari
kamar ke balkon. Bersiap untuk berbaring, hmm… pelan-pelan ku rebahkan diri ini
di atas bed cover yang begitu lembut
dan wangi –kebetulan baru di laundry kemaren.. hehe– “oow.. ada yang lupa!”,
akupun kembali ke kamar. Kalian tau apa yang kulupakan..? aku lupa mengganti
air di vas bunga –sedap malam–ku. Akupun mengganti air di vas, lalu kucium
bunga kesayanganku itu, hmm… wangi… tak lama kemudian tiba-tiba kudengar hapeku
berbunyi.. waah… ada sms!
Perlahan kulihat layar hapeku dan seketika itu pula aku tersenyum
girang melihat nama yang tertera di layar, ‘gumi bebi’. Waah… akhirnya anak itu
sms juga! Heu… bahagianya.. tanpa ragu, akupun langsung membaca pesan
singkatnya itu, sangat singkat –seperti biasa.
‘ghis
dimana? jalan2 yu’
(tanpa berpikir panjang cepat-cepat ku gerakan jemari ini untuk
membalas pesannya)
“Hayu hayu! Lg d rumah.. mu kMna emg?”
Beberapa detik kemudian hapeku bunyi lagi
‘jalan2
aja, k 15,poltekpos mungkin polban gimana?’
Hahaha… entah mengapa saat baca smsnya itu aku tertawa.. terbayang
wajahnya yang lucu mengekspresikan ajakannya itu. Dia sungguh satu-satunya
orang yang mudah mengubah perasaan galauku jadi ceria. Namanya Gumi Fadhil
Putera, teman SMA ku yang dijuluki si anak autis.
Gumi orang yang sangat berarti buatku, dia yang mengajarkanku arti
persahabatan, membawaku ke dunia out of
the box, memperkenalkanku dengan dunia petualangan, sangat mewarnai
kanvas-kanvas kehidupanku! Bahkan kadang membuatku tak mengerti dengan
perasaanku sendiri. Ia banyak memberikan pengalaman dan ilmu baru buatku, sang
motivator juga buatku, sosok yang luar biasa buatku meskipun aneh dan selalu
terlihat cuek. Selintas terlihat jelas raut wajahnya yang konyol itu di
pikiranku.
Lalu kubalas lagi pesannya.
“haha. .hayu hayu.
.skrg jg nh?”
Beberapa detik kemudian belum ada balasan darinya, cukup lama aku
menunggu. Dengan penuh rasa girang, aku membereskan segala peralatan yang sudah
kusiapkan untuk ritual maskeran itu. Memutuskan untuk memilih bermain
bersamanya daripada mengurus kulit mukaku yang sudah tak seputih dulu itu.
Sejak aku main sama gumi bebi –itu panggilanku untuknya– aku tak
pernah lagi memperhatikan penampilan, tak peduli sehitam apa wajah ini, sejelek
apa penampilanku ketika bermain dengannya, aku benar-benar tak peduli sekalipun
harus memakai piyama untuk bermain dengannya.
Selang beberapa detik kemudian, hapeku pun berbunyi lagi, waah..
pasti balesan dari gumi bebi deh.. dan ternyata memang benar
‘ayo
deh, ktmu d gor ya, jgn ad apa2 lg ya, lsung brangkat oke, ak tinggal pake
clana da hehe’
“Iya sitU tingGal pke
clana. .Gw blum pake bju,clana n krudung mas. .oke oke. .10 menit lagi la yah.
.”
Lama tak ada balasan darinya, hupt… sudah kuduga sebelumnya pasti ga
akan di balas. Dia kan
cuek. Haha.. akhirnya akupun bersiap-siap untuk pergi.
Ku ambil baju merah marun dan kerudung senada yang belum ku cuci,
baju bekas kemarin.. hehe (maklum ga ada baju lagi, soalnya baju-baju yang
kubawa ke rumah untuk liburan hanya sedikit, sisanya ada di kost-an). Lalu ku
ambil pula celana jeans yang biasa kupakai ketika main dengannya, ini juga
belum dicuci.. haha, maklum… satu-satunya celana yang aku bawa ke rumah.
Setelah sempurna mengenakan baju merah marun, celana jeans dan
kerudung yang senada dengan bajunya itu, akupun beranjak keluar kamar dan
menyambar tas coklat kecil yang kutaruh di atas lemari baju ponakanku. Akupun
mematut-matutkan diri di cermin… hmm cantik! Baju merah marun ini emang cocok
dikenakan olehku.. haha narsis!.
Usai bercermin, buru-buru aku menuruni tangga dan mencari sepatu
hitamku yang baru saja kucuci, lalu akupun pamit ke bunda dan langsung pergi
tanpa mengiyakan pesan bunda yang selalu saja bilang “jangan malem-malem yah pulangnya”.
Bosan mendengar kalimat itu setiap aku pergi.
-to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar