...
Lalu sampailah kami di kampus itu, dengan mendaki bukit dan
menerobos perkebunan. Saat mendaki bukit, Gumi mengulurkan tangannya mencoba
membantuku naik. Tapi itu cuma bukit kecil Gum! Kamu lebay deh… aku bisa!. Lalu
sambil mengulurkan tangannya itu, ia bertanya “bisa ga Ghis?”. Aku langsung
menjawab dengan mantap “ya bisa lah!”, sambil menangkis uluran tangannya itu.
Kemudian tembuslah kami ke sebuah mesjid kampus yang cukup besar.
Kami bertemu dengan salah satu teman bimbel Gumi disana, Gumi pun menyapa dan
mengobrol ria dengannya, dan taukah kalian..? aku di cuekin donk! Hello…?!
Seakan-akan dia membawaku terbang ke langit yang begitu tinggi dengan semua
perhatian berlebihannya itu, lalu dengan tega menjatuhkanku ke bumi dengan ke
tak acuhannya.
Aah… bete juga jadi kambing conge, akhirnya akupun berjalan
menyusuri perkebunan itu sendirian, melihat ada pohon jambu, ada jalan menembus
ke kelas-kelas, dan ada ruang kosong yang entah ruang apa itu, sepertinya pos
satpam yang tak bersatpam.
Setelah bosan dengan petualangan sendiri itu, akupun beranjak
menemui Gumi kembali. Dan ternyata dia masih setia mengobrol dengan teman
bimbelnya itu. Uuh… bete! Merasa di duakan, heu… kenalin kek! Aku kan jadi geje gini,
bingung. Mu ikut nimbrung takut dibilang so kenal, ga menghampiri juga ga tau
mu ngapain. Iih… Gumi bebi jahat deh!
Hmm… aku pun memilih untuk kembali bertualang sendiri, sambil
sesekali memperhatikan obrolan mereka yang tak jua berakhir. Beberapa saat
kemudian obrolan mereka pun usai, lalu Gumi mencariku –yang sepertinya ia baru
sadar aku tlah lama hilang dari pandangannya. Akupun menampakkan diri, tak
ingin membuatnya berlama-lama mencariku. Lalu kamipun menelusuri semua ruangan
disana.
Dari mesjid, kami menuju lapangan, pendopo, tempat parkir,
ruang-ruang kelas dan laboraturium semua jurusan, kantin, basecamp tiap
himpunan, kolam renang yang sudah tak terpakai, kami benar-benar berkeliling
disana. Saat sampai di pendopo, lagi-lagi Gumi menemukan temannya, kali ini
teman SMP yang telah lama tak bertemu dengannya. Dan tau apa yang ia lakukan..?
yah! Lagi-lagi nyuekin aku!
Aah… ga tau mu ngapain, akupun duduk di teras pendopo itu menjadi
kambing conge perbincangan mereka. Tapi tiba-tiba teman SMPnya Gumi itu
–menyadari keberadaanku– bertanya “waah…siapa tuh?”, akupun langsung
menjulurkan tangan dan dengan manis menyebutkan namaku “Ghisya..”, kataku
dengan senyuman agak terpaksa, udah lama di cuekin bo!
Sejurus kemudian wanita itu melirik Gumi, lirikan yang menyiratkan
sebuah pertanyaan ‘siapanya kamu sih?’, sesaat setelah lirikan itu berlangsung
sekian detik Gumi langsung angkat bicara “temen aku”, sanggahnya takut dicap
yang berlebihan. “ah masa? cewenya kali yah?”, ledeknya penuh canda, aku hanya
tersenyum kecut, sedangkan Gumi langsung menyanggah “Bukan bukan. Temen ko”, serunya.
Lalu mereka melanjutkan perbincangan tentang masa-masa sekolah mereka dulu.
Hmmm… sabar Ghis..
Cukup lama aku jadi kambing conge disitu, lalu akhirnya perbincangan
selesai ketika salah satu teman dari wanita itu mengajaknya pulang. Uh…
akhirnya! Bisa berjalan berdua lagi tanpa ada pengganggu. Plis donk, jangan ada
lagi lah temennya! Ga enak dicuekin mulu.
Ya udah deh gapapa, mending dia lebay ajalah daripada harus nyuekin
aku lagi. Kami meneruskan perjalanan, kali ini sampailah kami di tempat parkir.
Dan disini kami bertemu dengan Topan –teman satu sekolah dulu, syukurnya kali
ini bukan hanya temennya Gumi saja tapi temen aku juga. Aku bersalaman
dengannya, dan Gumi meminta Topan untuk menjadi guide kami, tapi sepertinya ia tergesa-gesa untuk pulang, jadi kami
tetap berjalan-jalan geje berdua disana.
Selang beberapa menit kemudian hapeku bergetar, wah sms dari Topan. ‘ghis
maaf ya ga bisa nganter, lagi sakit gigi uy’. Aku hanya
bisa tertawa lucu membacanya, dan aku juga sedikit Ge-eR sih.. ternyata Topan
masih menyimpan nomor hpku.. huhu bahagianya J.
Kami masih asik berjalan kemana pun kaki ini ingin melangkah,
sampailah kami di kolam renang yang sudah tak terpakai, lalu berjalan lagi
menuju lapangan olahraga, disana ada yang sedang berlatih basket. Jadi inget
masa SMA deh, dulu aku pernah ngecengin anak yang jago maen basket, bukan
bukan… bukan Gumi ko! Hehe.. kemudian menuju basecamp himpunan, dan sok-sok’an jadi anak PolBan, lalu kami ke
kantin yang terbesar disana ‘pujasera’ namanya, tapi cuma numpang duduk doank
dan hotspot-an gratis.
Setelah merasa puas menelusuri hampir semua tempat di PolBan, kami
pun memutuskan untuk pulang. Sebenernya saat sampai PolBan, aku langsung sms
temen-temen SMA yang kuliah disini, tapi sayang… semuanya sudah pulang, karena
saat itu hanya ada ujian, jadi… aku hanya menikmati jalan-jalan geje itu berdua
saja, seru sih… tapi pasti akan lebih seru lagi kalau mereka juga ikut, karena
mereka adalah sobat-sobat karib kami sewaktu SMA, jadi berasa nostalgia jika
bisa bermain dengan mereka lagi.
Setiap kali kami bermain bersama, Gumi selalu terlihat cuek, autis,
kekanak-kanakan, pokoknya dia aneh banget deh, kaya orang gila, hehe… tapi
entah kenapa kalau hanya jalan berdua saja denganku –seperti saat ini, sikapnya
selalu berbeda. Ia tak lagi autis, meski cuek tapi selalu terlihat care di
mataku, itu dulu. Sekarang? Entah mengapa dia begitu lebay menunjukan rasa care-nya itu. Apa karena baju merah
marun ini? Entahlah… aku tak mengerti.
Saat pulang juga ia masih begitu perhatian. Menyuruhku berjalan
lebih pinggir saat di jalan raya, memegang erat tanganku saat menyebrang,
menawarkan aku minuman dan makanan, melepas jaket dan memakaikannya padaku saat
hujan –tiba-tiba– turun, dan ia juga mengantarku pulang sampai depan rumah
tanpa kuminta (dulu dia gak pernah nganter aku pulang kalau ga aku minta).
Kenapa sih dia hari ini? Benar-benar aneh… mungkinkah karena baju merah marun
ini..? entahlah…
-end-