23? Tua ya? Iya! Hahaha :D
Setiap tahun di tanggal 29 Januari, teman-teman tak pernah
luput memberiku ucapan selamat ulang tahun. Memberi surprise-surprise, kado dan
segala macam doa. Di tahun ke-23 (hari ini, 29 Januari 2014) surprise dari
Kaka-kaka PAS dengan ka Dinur pasti sebagai pelopornya. Di tahun ke-22 surprise
datang dari kedua sahabat gantengku, Summit Fajar dan Deri Erlando yang
malem-malem niat banget nyamper ke rumah bawa kue pukis dan kado spesial. Di
tahun ke-21 surprise dari teman-teman satu asrama beasiswa, teman-teman eBand,
Etos Bandungku tercinta. Di tahun ke-20 surprise datang dari organisasi yang
sama seperti tahun ini, PAS, dengan pelopornya pasti Ka Upin dan Ka Kinoko,
surprise yang zupeeer, plus hadiah-hadiah yang banyaaak, terimakasih. Ada juga
sahabat terbaikku saat SMA, Atika Permatasari yang tak pernah luput satu tahun
pun memberiku kado ulangtahun, makasih yaah. Every years my birthday is always
awesome!
Bahagia? Tentu! Ah, tapi kenapa malam ini aku begitu pilu?
Air mata tak bisa terbendung lebih lama.. 23? Aku sudah menghabiskan waktu 23
tahun tapi belum bisa menghasilkan apa-apa? Belum bisa membahagiakankeluarga,
yaah minimal kedua orang tuaku, jaraaang sekali aku melihat segurat saja
senyuman keduanya atas prestasiku, jarang. Bahkan keduanya tak pernah ingat
hari ulang tahunku :’(. Ya. Di rumah memang hari ulang tahun bukan lah hal yang
penting untuk dirayakan, bahkan sekedar ucapan selamat ulang tahun pun tak
kudengar sama sekali hari ini, juga tahun-tahun sebelumnya, kecuali ketika aku
sendiri yang mengumumkan. Ah, mebuatku jadi ragu, benarkah 29 Januari 1991 itu
hari dan tanggal aku dilahirkan ke dunia? Atau sekedar tanggal tebakan saja saat
membuat akta kelahiran? Entahlah.
Perasaan iri sebenarnya selalu terlintas di benak, kapan aku
bisa dapet surprise dari keluarga? Dari sekian banyak anggota keluarga, tak ada
satupun yang ingat tanggal ulangtahunku, bahkan ibuku sendiri. Iri! Jujur aku
sangat iri pada tetanggaku yang setiap kali dia ulang tahun, Ibunya selalu
melakukan syukuran kecil-kecilan dengan membuatkan nasi kuning yang dibagikan
ke tetangga-tetangga dekat. Iri, melihat keharmonisan keluarga lain, sungguh
iri! Entah aku yang terlalu melankolis dan over-sensitive atau memang keluargaku
saja yang terlalu cuek. Tapi aku yakin, doa Ibu selalu mengalir tanpa mesti aku
minta, dan tanpa peduli ini hari ulangtahunku atau bukan, aku yakin disetiap
sujud dalam solatnya namaku selalu beliau sebutkan, ya! Orang tua mana sih yang
ga doain anaknya?
Tapi hal ini malah membuatku bertanya, adakah yang
benar-benar peduli denganku di dunia ini selain orang tuaku? Minimal mengingat
tanggal ulangtahunku, adakah? Aku bahkan iri pada orang-orang yang selalu aku
ingat tanggal ulang tahunnya, aku iri pada orang-orang yang namanya tak pernah
luput aku doakan di setiap solatku, iri kepada orang-orang yang selalu ingin
aku beri hadiah dan kejutan di hari ulang tahunnya. Sungguh aku iri pada
mereka, aku iri! Ingin rasanya memiliki teman seperti aku! Ah, apasih? Sudahlah.
Jika di socmed tak ku lampirkan tanggal lahir, akankah ada
yang mengucapkan aku selamat ulang tahun? Memberiku kejutan? Memberiku hadiah?
Ah sungguh, kau terlalu silau akan kenikmatan dunia, Casmi! Ucapan selamat itu
sama sekali ga penting! Yang terpenting kamu bisa bermuhasabah di setiap
tahunnya, lalu memperbaiki apa yang seharusnya kamu perbaiki dan mempertahankan
apa yang harus kamu pertahankan! Jangan silau akan kenikmatan dunia, kesenangan
sementara! Ah, dasar manusia over-sensitive, ga dapet ucapan selamat aja nangis
:P ga penting! Mari bermuhasabah :D. Kurangi genitmu, tingkatkan
ke-sholehah-anmu! Ingeeet, kamu mau dapet suami yang genit atau yang sholeh?
*eh